Jakarta, liputan.co.id – Pancasila sebagai Ideologi Negara tidak boleh dirubah dan sudah final, karena Pancasila dirumuskan dengan nilai-nilai Ketuhanan yang sudah disepakati oleh para pemuka agama pada awal kemerdekaan.
Hal tersebut dikatakan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dihadapan peserta Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) I Partai Hanura, di The Stone Hotel, Jl. Raya Pantai Kuta, Banjar Legian Kelod, Bali, Jumat (4/8/2017).
“Untuk mempertahankan keutuhan dan kedaulatan negara Republik Indonesia sepanjang masa kita harus menguatkan persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Inilah landasan dan semangat kebangsaan yang harus kita yakini dan Pancasila sebagai dasar negara masih tetap kuat,” kata Gatot Nurmantyo.
Pancasila sebagai dasar negara lanjutnya, merupakan hasil kesepakatan bersama para pendiri bangsa yang kemudian sering disebut sebagai sebuah Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia. “Kalau ada Ulama, Pendeta atau siapa pun dia yang akan merubah Pancasila dengan ideologi lain, dia pasti orang-orang yang sudah disusupi dari luar dan dibayar untuk merusak atau memecah belah bangsa Indonesia,” tegasnya.
Selain itu, Gatot Nurmantyo menyampaikan pula bahwa perkembangan penduduk dunia luar biasa, sementara energi dan pangan makin berkurang. Hal ini dapat menyebabkan persaingan global antar-negara di dunia, karena dunia tidak bertambah luas tetapi semakin sempit. “Apabila hal ini tidak terkontrol, dikhawatirkan kebutuhan sumber daya alam berupa energi dan pangan dimasa mendatang akan menimbulkan konflik,” katanya.
Panglima TNI mengutip teori Maltus (1798) tentang perkembangan populasi penduduk meningkat seperti deret ukur, sedangkan ketersediaan pangan meningkat ibarat deret hitung. Apabila garis pertambahan penduduk dengan garis ketersediaan pangan bersinggungan di suatu titik, maka disitulah terjadinya titik kritis. “Kalau kita analisa teori tersebut maka ketersediaan pangan dan energi akan sangat terbatas, karena jumlah penduduknya berkembang secara pesat, ini merupakan warning bagi Indonesia dimasa yang akan datang,” ungkapnya.
Dia tambahkan, bahwa Bung Karno pernah mengingatkan tentang kekayaan alam Indonesia akan membuat iri negara-negara lain di dunia. Demikian juga Presiden Joko Widodo pada saat disumpah di Senayan dalam sambutannnya mengatakan kaya akan sumber daya alam justru akan menjadi petaka. “Jadi Presiden RI Pertama dan Presiden RI saat ini mengingatkan kita semuanya harus waspada,” imbuhnya.
Komentar