DPR Minta Masyarakat Sabar Hadapi Pelemahan Rupiah

Jakarta, liputan.co.id – Anggota Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun meminta masyarakat jangan hanya melihat dari nominal pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang semakin merosot. Menurutnya masyarakat harus melihat dari level depresiasinya yang masih dalam rentang wajar dan masih banyak negara lain yang lebih parah.

Politikus Partai Golkar ini menyebutkan bahwa koordinasi kinerja antara Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini masih berada di jalur yang tepat. Koordinasi antar kementerian dan lembaga ini secara masif melakukan langkah-langkah di bidang ekonomi untuk mengatasi volatilitas nilai tukar.

“Kalau menurut saya, kinerja K/L selama ini sudah melakukan upaya yang memadai. Perhatikan Bank Indonesia yang melakukan upaya-upaya soal menaikkan 7-day repo rate. Kemudian mereka melakukan upaya pelonggaran loan to value terhadap uang muka sektor properti terhadap rumah pertama maupun rumah kedua,” kata Misbakhun, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Senin (16/7).

Menurutnya, itu adalah bagian dari relaksasi bagaimana menjaga jangan sampai nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini terdepresiasi terlalu dalam. Dan pada saat yang sama, kenaikan tingkat bunga acuan Bank Indonesia itu tidak menjadi beban di pasar.

Wakil rakyat dari daerah pemilihan Jawa Timur II itu menilai upaya yang dilakukan pemerintah sudah secara simultan, karena koordinasi K/L bukan hanya melaksanakan stabilisasi, juga relaksasi untuk mendorong pertumbuhan. Sehingga apa yang terjadi di pasar tidak terdistorsi terlalu dalam. Untuk itu, masyarakat diminta bersabar dan mempercayakannya kepada pemerintah.

“Ini bukan masalah Rp15 ribu, Rp14 ribu dan sebagainya. Saya berharap kita stabil di Rp14 ribu, itu sudah bagus. Semua orang berbicara karena perang dagang antara China dan Amerika. Orang yang tadinya dikatakan sebuah kenormalan dianggap menjadi sebuah ketidaknormalan. Sehingga orang berbicara tentang normal baru. New normal,” pungkas Misbakhun.

Komentar