Jakarta, liputan.co.id – Membangun rumah pekerjaan sangat mudah. Masalahnya menurut politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, rumah yang akan dibangun itu untuk apa, dan sumber uangnya dari mana?
Demikian dikatakan Refrizal dalam Dialektika Demokrasi “Pelemahan Rupiah: Dampak dan Solusinya”, yang digelar di Media Center DPR, Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Kamis (6/9).
“Saya sudah ingatkan Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, hingga Bappenas sekitar dua tahun lalu saya mulai tugas di Komisi XI DPR bahwa membangun pekerjaan mudah. Saya ini orang Padang, saya katakan, membangun itu mudah sangat mudah, masalahnya, uangnya dari mana dan untuk apa? Itu pertama,” kata Refrizal.
Kedua, untuk sebuah pembangunan infrastruktur lanjut anggota DPR dari daerah pemilihan Sumbar II itu, apa sudah ada kajian matang atau belum, seperti pembangunan kereta api cepat, jalan tol hingga dermaga. Dalam kenyataannya menurut Refrizal, banyak yang tidak dipakai karena memang belum ada kajian yang komprehensif.
“Saya suka sekali membangun, tetapi harus berdasarkan skala prioritas yang dipakai dan itu bernilai ekonomi serta terukur. Apalagi kebijakan pemerintah ini tidak simetris, arahan Presiden dengan apa yang dilakukan Menterinya tidak sejalan,” ujarnya.
Refrizal memberi contoh, Menteri Perdagangan mengimpor saja kerjanya. Padahal Menteri Perdagangan dibelakangnya ada RI, sehingga lengkapnya Menteri Perdagangan Republik Indonesia. Maknanya, dia memperdagangkan barang Indonesia keluar Indonesia, artinya ekspor digenjot.
“Soal ini Bapak Presiden pernah marah dalam rapat kerja sektor bersama perekonomian yang dihadiri Menteri Perdagangan, karena kita kalah ekspor dengan Vietnam yang nilai ekspornya USD214 miliar. Kita juga jauh kalah sama Malaysia. Jangan bandingkan dengan Thailand yang sangat kuat sekarang pondasi ekonominya karena ekspornya lebih banyak daripada importnya,” ungkap Refrizal.
Di sisi lain ujarnya, sumber daya ekonomi Indonesia jauh lebih banyak. Ini berarti ada masalah dalam pengelolaan sumber daya ekonomi yang ada.
Namun, mantan anggota Komisi VI DPR ini juga menyatakan terima kasih kepada pemerintah yang sudah mulai sungguh-sungguh menyikapi krisis moneter yang terjadi yang ditandai dengan jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di posisi Rp15 ribu per dolar. Karena itu, dia mendorong agar rapat-rapat yang digelar pemerintah melibatkan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Menko Perekonomian dan kementerian teknis terkait.
Dia tegaskan, semua anak bangsa sayang kepada negeri ini. Namun tidak satu pun dari anak anak bangsa ini senang kalau rupiah melemah karena di situ tertulis NKRI. “Adalah keliru, kalau ada yang menyimpulkan bahwa semakin melemah rupiah semakin baik buat APBN. Di mana pun di dunia tidak cerita itu. Artinya kesimpulan itu tidak benar. Yang benar itu, mata uang negaranya kuat. Kalau mata uang kita kuat, di luar negeri ada gengsi bangsa Indonesia dari sisi nilai uang kita. Kalau sekarangkan 1 dolar Amerika sama nilainya dengan Rp 15 ribu,” pungkasnya.
Komentar