Senator DKI Bangga dengan Rekan Indonesia

Jakarta, liputan.co.id – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Profesor Dailami Firdaus menyatakan sangat bangga dan mengapresiasi keberadaan dan sepak terjang Organisasi Masyarakat Relawan Kesehatan Indonesia atau biasa dikenal dengan Rekan Indonesia.

Kebanggaan Senator DKI Jakarta itu karena kepedulian Rekan Indonesia yang konsisten terhadap sesama manusia dan senantiasa membangun rasa untuk saling tolong-menolong di tengah melemahnya rasa kegotong-royongan di antara sesama anak bangsa.

Hal tersebut dikatakan Bang Dailami sapaan akrab Dailami Firdaus, saat menyampaikan orasi dalam forum Dialog Publik “Memotret Jaminan Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan 2019”, dalam rangka Milad VII Rekan Indonesia, di Gedung Alawiyah, Universitas Islam As-Syafiiyah, Kota Bekasi, Minggu (16/12).

“Rekan Indonesia terbentuk tahun 2011, tepatnya 10 Desember, lahir dari kegelisahan gerakan politik dan juga kejenuhan akibat dalam setiap kebijakan politik, hak rakyat selalu terabaikan dan hanya menjadi dagangan saja,” ujar Dailami.

Berdasarkan kondisi di atas lanjut putra dari Alm. Prof. Dr. Hj. Tuty Alawiyah itu, maka Rekan Indonesia hadir untuk dapat mengembalikan jati diri bangsa Indonesia yaitu masyarakat yang memiliki adat istiadat dan budaya saling menolong, gotong royong, toleransi, tepo sliro dan saling menghargai dan menghormati sesama manusia.

Dia ingatkan, pada tahun VII kehadiran Relawan Kesehatan Indonesia atau Rekan Indonesia ada tantangan tersendiri karena di tahun 2019 nanti seluruh jaminan kesehatan daerah atau Jamkesda harus berganti dan melebur kepada BPJS, maka masyarakat diwajibkan sebagai peserta BPJS.

“Tentunya hal ini harus diimbangi oleh berbagai perbaikan di seluruh lini bidang kesehatan baik dari segi pelayanan juga pembiayaan jaminan kesehatan, sinergitas harus terwujud dan pengelolaan haruslah maksimal dan profesional tentunya tetap mengedepankan rasa kemanusiaan,” kata cucu dari Ulama Betawi KH Abdullah Syafi’ie ini.

Dia tambahkan, bahwa dunia kesehatan kini mengarah kepada industri komersialisasi, di mana nilai-nilai kemanusiaan terkadang sudah tidak diperhatikan kembali dan akhirnya kalimat orang miskin dilarang sakit menjadi kenyataan karena mahalnya biaya berobat.

Komentar