Anis Matta: Posisi Indonesia Di Tengah Siklus Perubahan Dunia

Jakarta – Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta mengatakan, sampai saat ini belum terlihat tanda-tanda pandemi covid-19 akan mereda begitu pun dampaknya. Bahkan, di Korea Selatan yang baru saja mengakhiri lockdown terpaksa harus menutup kembali 200 sekolah tersebab munculnya kasus baru setelah kebijakan hidup new normal diberlakukan.

Amerika juga mengalami hal serupa, jumlah korban meninggal reinfeksi covid-19 telah tembus di atas angka 100 ribu orang dengan tingkat kasus covid-19 mencapai 30 persen dari total kasus dunia. “Indonesia sendiri belum ada tanda-tanda penurunan grafik  bahkan mencapai puncak pun tidak. Sementara kebijakan new normal sudah akan mulai diberlakukan dengan harapan bisa hidup ‘berdampingan’ dengan covid-19,” kata Anis dalam acara Zoominari bertajuk “Musim Perubahan dalam Alquran”, Minggu (30/5/2020) yang diikuti sekitar 500 orang peserta.

Di sisi lain ujar mantan Wakil Ketua DPR RI itu, dampak ekonomi dan sosial semakin nampak di depan mata. Rentetan krisis sosial sudah mulai muncul. Sebagai contoh adanya buntut kematian pria kulit hitam George Floyd yang memicu kerusuhan meluas hampir ke seluruh Amerika Serikat (AS) dua hari lalu. Adanya sentimen anti China membuncah di benua hitam, Afrika. Salah satunya terjadi di Zambia, tiga bos perusahaan tekstil China tewas dibunuh akhir pekan lalu. Situasi ini dikhawatirkan akan melebar ke negara lain di dunia sebagai rentetan ikutan dari krisis ekonomi global.

Lalu apa sebenarnya yang terjadi? Anis Matta yang juga pakar geopolitik ini menjelaskan bahwa ini adalah bagian siklus jatuh bangunnya suatu imperium atau negara. “Dalam skala yang lebih besar, disebut sebagai siklus peradaban. Kalau anda baca sejarah jatuh bangunnya negara atau imperium itu ada polanya, punya durasi waktu atau siklus dan itu dipercaya oleh para ahli sejarah,” ujarnya.

Lebih lanjut, Anis menjelaskan posisi Indonesia di dunia yang saat ini dalam siklus peradaban. “Dalam skala Indonesia, kita mengalami siklus perubahan 20-30 tahunan sejak tahun 1908, 1928, 1945, dan seterusnya tahun 1998. Saat ini kita masuk masa 20 tahun terakhir sejak reformasi,” ungkapnya.

Dia ingatkan, menurut teori siklus yang berkembang di abad 19 sampai dengan 20 menyimpulkan siklus perubahan global terjadi setiap hitungan 100 sampai 120 tahunan dan ini sudah disadari oleh negara yang menyatakan dirinya sebagai negara superpower, dilihat dari usia negara tersebut sejak bangkit.

“Kita sedang manjalani transisi panjang yaitu transisi generasi baru, tehnologi baru, model ekonomi baru, aliansi global baru yang datang bersamaan sekaligus,” jelas Anis.

Meskipun demikian harapan akan munculnya kepemimpinan global baru dan tatanan dunia baru menjadi bagian dari siklus dari musim perubahan yang akan dihadapi oleh kehidupan manusia. “Selalu ada harapan, ini adalah musim dingin dan setelah ini kita memasuki musim semi,” pungkas Anis.

Komentar