Menaker Sambut Sembilan ABK Yang Tertipu Rayuan Calo

Jakarta – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah, menyambut sembilan Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia yang dipulangkan melalui Republik Korea di Terminal 3 Kedatangan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (29/5/2020) malam.

Penyambutan ABK ini sebagai bentuk dukungan moril dan kepedulian pemerintah akan nasib pekerja Indonesia sebagaimana diamanahkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (UU PPMI).

Adapun, kesembilan ABK yang kembali ke Indonesia yakni Nugi Pagestu (Bandung/Jawa Barat); Eko Abdurrachman, Rohman, dan Agung (Cirebon/Jabar); dan Aidul (Lampung Selatan/Lampung).

Empat ABK lainnya yakni Arief Saefudin (Kediri/Jatim); Lasiran (Kebumen/Jateng); David Malvino (Jakut/DKI Jakarta); dan Erik (Palu/Sulteng).

“Pemerintah melakukan berbagai upaya agar semua cerita menyedihkan tentang penderitaan dan kekerasan terhadap ABK Indonesia tidak terulang lagi, termasuk memperkuat aspek regulasi dan pengawasan,” kata Ida.

Kepada para ABK, Menaker berpesan agar bisa memetik pelajaran dan pengalaman apabila ingin bekerja keluar negeri menjadi ABK. Para calon ABK diminta mempelajari secara seksama kontrak kerja sebelum berangkat, serta mempelajari kredibilitas dan legalitas perusahaan.

Para ABK juga diminta mendatangi kantor Disnaker setempat atau Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) di daerah. “Jadi sebelum berangkat, cek dulu kontrak kerja, cek dulu kredibilitas dan legalitas perusahaan yang akan memberangkatkan,” katanya.

Meski demikian, Ida mengaku kagum dengan kesabaran sembilan ABK yang telah kembali ke tanah air dengan selamat. “Saya harap jangan sampai terulang lagi, jangan sampai kena pengaruh atau iming-iming dari calo ya. Kalau mau berangkat pelajari tahapan-tahapan tadi,” katanya.

Pesan Ida lainnya yakni agar para ABK menceritakan pengalaman buruk tersebut melalui media sosial masing-masing. “Saya senang kalau kalian berbagi kepada teman-teman melalui medsos. Kita harus akhiri cerita sedih ini, kita harus buat cerita gembira, kerja secara prosedural mengikuti aturan yang dibuat pemerintah, perhatikan kontrak kerja dan kredibilitas, serta legalitas perusahaan,” katanya

Didampingi Kepala BP2MI, Benny Rhamdani, Ida mengatakan sembilan ABK bekerja di Kapal Perusahaan RRT Zhouyu 603 dan 605 sejak tanggal 13 Oktober 2019 hingga April 2020 dan memiliki kontrak kerja selama dua tahun (13 Oktober 2019 hingga 12 Oktober 2021).

Salah satu ABK, Nugi, mengaku bekerja sebagai ABK selama tujuh bulan sebagai ABK menjadi pelajaran berharga dan jera berangkat keluar negeri melalui calo. “Selain bekerja tak sesuai kontrak kerja, makan tak layak selama di atas Kapal, penghasilannya pun banyak sekali memperoleh potongan,” kata Nugi.

ABK lain bernama Rohman, mengatakan “kami berangkat dari calo, jadi pikiran kita cuma duit dan duit, tak ada perlindungan dari agency. Ini pelajaran berharga agar kalau mau berangkat pelajari kontrak kerja sebagai awak kapal dan cek perusahaan secara teliti.”

“Kita kerja di Kapal Ikan, tapi makan ikan cuma 1-2 kali dalam sebulan. Betul ini. Yang dimakan sayur busuk, kacang, cumi gosong, jemur ikan teri setelah kering dibuang, nasi campur air tak ada rasa sama sekali dan minum dari sulingan air laut,” ungkap ABK lainnya, Lasiran.

Pada dokumen crew salary contract, terdapat berbagai macam potongan yaitu uang jaminan dan potongan jaminan, sehingga gaji yang diterima kurang dari gaji yang seharusnya diterima yaitu USD300. Uang saku yang dijanjikan sebesar USD50 juga tidak diterima oleh para ABK.

Sementara itu Kepala BP2MI, Benny Rhamdani, mengingatkan kepada Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) agar meningkatkan pelindungan PMI. Menurutnya, BP2MI akan menjadi mimpi buruk bagi perusahaan-perusahaan yang mengeksploitasi PMI.

“Semua kasus dan pengaduan tentang kekerasan dan ekploitasi ABK akan kami bikin laporan resmi ke Bareskrim Mabes Polri, sehingga hukum tegas bisa benar-benar ditegakkan,” kata Benny.

Komentar