Stabilkan Harga, Kementan Distribusikan Bawang Merah ke Daerah Non-Sentra

Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya mendorong pemerataan pasokan bawang merah. Tujuannya tak lain untuk mengendalikan harga yang terpantau menguat di berbagai daerah.

Salah satu upaya yang dilakukan yakni melalui dukungan distribusi bahan pangan pokok untuk petani yang terdampak Covid-19. Pasokan bawang merah yang berada di sentra produksi utama akan didistribusikan ke daerah non sentra yang berpotensi mengalami kekurangan pasokan. Dengan begitu, harga digadang bisa berangsur normal kembali.

“Kami di Ditjen Hortikultura telah mengalokasikan anggaran untuk mendukung distribusi pangan terutama produk hortikultura strategis, dari petani terdampak ke pasar tujuan. Ini bagian dari wujud komitmen Bapak Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo,Red) untuk menjamin ketersediaan pangan pokok aman terkendali, terlebih saat pandemi Covid-19 ini,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto di Jakarta (20/5).

Menurutnya, saat ini bawang merah menjadi prioritas untuk dilakukan intervensi distribusi yang terhambat karena kendala transportasi dan pengangkutan selama diterapkannya pembatasan wilayah. Sehingga kondisi ini berdampak pada tidak meratanya distribusi bawang merah dan kenaikan harga selama masa pandemi .

Untuk itu, lanjut Prihasto, mulai Rabu (20/5) akan kita distribusikan bawang merah dari Cirebon ke Palembang sebanyak 15 ton. Menyusul segera pengiriman 42 ton lagi ke Sumatera dari Brebes.

“Selanjutnya akan terus berlanjut menyusul ke kota-kota lain utamanya Sumatera dan Indonesia Bagian Timur,” terangnya.

Pihaknya berharap langkah konkret tersebut mampu mengendalikan harga bawang merah di pasaran, terutama di kota-kota besar luar Jawa.

Senada, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Yasid Taufik saat ditemui di sela-sela acara pelepasan distribusi bawang merah di Gebang, Cirebon menegaskan, akan mendorong pemerataan distribusi bawang merah.

“Harga terjangkau, pasokan merata itu kuncinya. Produksi bawang merah memang tidak sama satu daerah dengan daerah lainnya. Tidak bisa dipaksakan tanam di semua daerah. Penataan distribusi menjadi sangat penting dilakukan,” kata Yasid.

Saat ditanya sampai kapan kegiatan ini dilakukan, Yasid menyebut sampai harga bawang merah berada di harga yang wajar.

“Subsidi biaya transportasi ini bagian dari langkah kita mengharmonisasikan harga, apalagi di masa turbulensi covid-19. Targetnya sampai harga di daerah tersebut wajar,” tukasnya.

Rencananya bawang merah yang disubsidi transportasinya tersebut dijual di eceran dengan harga Rp 43.000 – Rp 44.000 per kg. Saat ini harga bawang merah eceran di pasar Kota Palembang masih berkisar Rp 55.000 per kg.

Pasokan Sepanjang Tahun

Ditempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Ali Efendi menyatakan daerahnya merupakan salah satu sentra produksi bawang merah utama di Jawa Barat.

Menurut Ali, keunggulan bawang Cirebon adalah bisa memproduksi bawang merah sepanjang tahun. Tiap bulan minimal ada pertanaman 300 hektar.

“Bahkan surplus produksinya mencapai 29 ribu ton setahun. Harga bagus saat ini tentu menguntungkan petani setelah beberapa waktu lalu mereka mengalami kerugian cukup besar akibat anjloknya harga,” imbuhnya.

Dikonfirmasi langsung di lahan miliknya, petani bawang merah Pabedilan Cirebon, H Jaya mengaku menikmati untung dengan harga saat ini.

“Saat ini harga di petani Rp 35 ribu – Rp 38 ribu per kilo. Kalau panenannya bagus, petani bisa untung ratusan juta per hektarnya. Petani pun inginnya harga stabil dan tidak memberatkan semuanya,” ungkap Jaya senang.

Meski harga tinggi, namun diakuinya produktivitas panen mengalami penurunan dari rata-rata 10 ton per hektar menjadi hanya 6-8 ton per hektar. “Akibat cuaca yang kurang bagus,” pungkasnya.(*)

Komentar