Pandemi, Orang Kaya Bertambah 62,3 persen, LaNyalla Minta Bantu Rakyat

Liputan.co.id, Jakarta – Kesenjangan sosial dan ekonomi di masyarakat semakin melebar saat pandemi Covid-19. Dalam kondisi seperti ini, Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengajak orang-orang kaya untuk memperlihatkan kepeduliannya kepada warga miskin.

Menurut LaNyalla, kepedulian itu akan sangat membantu masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi. Khususnya, saat PPKM Darurat diterapkan.

“Pemberlakuan PPKM Darurat menuai kontradiksi di tengah-tengah masyarakat. Situasi yang membuat semakin lebarnya kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin,” kata LaNyalla, Rabu (14/7/2021).

Saat ini lanjutnya, masyarakat miskin menjerit akibat kekurangan makan. Sedangkan bantuan BST PPKM Darurat yang mereka harapkan, hingga kini belum cair.

“Hal kontroversi yang kemudian terjadi saat pandemi, adalah meningkatnya jumlah kekayaan orang kaya di Indonesia seperti pebisnis investasi,” katanya.

Pernyataan LaNyalla tersebut merujuk pada data yang dikeluarkan Forbes, Credit Suisse dan Financial Times. Disebutkan bahwa jumlah orang kaya di berbagai negara, termasuk Indonesia, mengalami peningkatan.

“Majalah Forbes, juga Credit Suisse dan Financial Times menyebut jika jumlah orang Indonesia yang memiliki kekayaan lebih dari UD$1 juta, atau jika dikonversikan menjadi Rp14,49 miliar, sekitar 172.000 orang. Atau, bertambah sebanyak 62,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy),” katanya.

Sementara jumlah orang Indonesia yang sangat kaya, dengan kekayaan lebih dari 100 juta dollar AS di tahun 2020, mencapai 417 orang atau naik 22,29 persen dari tahun sebelumnya.

Jumlah kekayaan tersebut melonjak signifikan selama pandemi Covid-19 hingga mencapai lebih dari 50 persen, seperti bos Djarum Budi Hartono dan Michael Hartono, Prajogo Pangestu, Sri Prakash Lohia, Chairul Tanjung, dan lainnya.

“Kondisi ini berbanding terbalik dengan jeritan orang miskin yang kesulitan mencari makan pada masa pandemi, tak terkecuali masa PPKM darurat ini. Hal ini bisa dilihat dari data BPS yang menyebutkan sejak September 2020 penduduk miskin mencapai 27,55 juta orang, atau meningkat 1,12 juta,” ungkapnya.

LaNyalla menilai tugas pemerintah sangat berat. Sebab, kesenjangan sosial yang sangat dalam ini dikhawatirkan akan membuat letusan.

“Dampaknya, dapat berakibat pada tidak stabilnya pemerintahan. Hal ini harus dipikirkan dan diantisipasi secara cepat untuk menjaga stabilitas keamanan negara,” katanya.

Untuk itu, LaNyalla meminta pemerintah mengajak para orang kaya untuk memberikan sumbangsih secara material untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi.

“Dan yang paling penting adalah untuk menekan potensi munculnya permasalahan lain yang dapat melebar ke masalah sosial lainnya,” jelasnya.

LaNyalla juga mengajak kepada para orang kaya untuk membuka kepekaan sosial. Karena, saat ini pemerintah dalam kesulitan.

“Inilah saatnya peran serta sebagian kelompok yang mampu memberikan pertolongan dan dukungan pada sebagian saudara yang lain yang berkesusahan untuk menutupi kebutuhan pokok di tengah pandemi,” katanya.[liputan.co.id]

Komentar