Diskusi Empat Pilar MPR, Gus Jazil: Indonesia Butuh Sosok Teladan Yang Memancarkan Nilai-Nilai Pancasila

Liputan.co.id, Jakarta – ‘Memperkokoh Pancasila di Tengah Kehidupan Bermasyarakat’ menurut Wakil Ketua MPR Dr. Jazilul Fawaid SQ, MM., merupakan tema yang menarik.

Demikian diungkapkan diawal diskusi Empat Pilar MPR bertajuk “Memperkokoh Pancasila di Tengah Kehidupan Bermasyarakat“, yang digelar di Media Center, Gedung Nusantara III, Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Senin (20/9/2021).

Selain Jazilul Fawaid, hadir sebagai pembicara dalam kegiatan yang dihadiri oleh para wartawan itu, anggota MPR dari Kelompok DPD, Dr. Agustin Teras Narang SH,. dan Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo.

Dikatakan Jazilul, tema tentang Pancasila selalu hangat sebab Pancasila adalah etika dan landasan segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. “Pancasila merupakan azimat yang ditemukan oleh para pendiri bangsa,” tutur politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Sila-sila yang ada dalam Pancasila merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. “Semua konsep Pancasila bisa masuk dalam sendi-sendi kehidupan. Keberadaan Pancasila tidak perlu dipertentangkan dengan agama,” tegasnya.

Pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu menyebut cita-cita Pancasila sangat ideal namun dirinya mengakui antara idealnya Pancasila dengan realita yang ada di masyarakat sering tidak nyambung.

“Sering tidak nyambungnya antara cita-cita Pancasila dan realita yang ada. Ini menjadi masalah,” ungkapnya.

Menurut alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu, agar Pancasila bisa hidup di tengah masyarakat atau diamalkan maka nilai-nilai yang ada harus dipahami. Kiat untuk memahamkan dasar negara itu dikatakan ditempuh lewat pendidikan dan ketauladanan. Untuk mensosialisasikan Pancasila, Jazilul Fawaid mengatakan tidak cukup bila hanya dilakukan oleh MPR dan BPIP.
“MPR dan BPIP mempunyai tugas untuk menguatkan Pancasila hidup di tengah masyarakat,” ujarnya.

Pun demikian agar Pancasila bisa menjadi gaya hidup dalam keseharian maka harus ada sosok yang bisa menunjukan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. “Nah anak-anak milenial zaman sekarang butuh sosok seperti itu,” tegasnya.

Pria yang akrab dipanggil Gus Jazil itu mengungkapkan prinsip perekonominan nasional adalah usaha yang disusun berdasarkan azas kekeluargaan. “Nah apakah prinsip perekonomian yang berjalan sudah seperti yang demikian, sudah seperti nilai-nilai Pancasila?” ujarnya.

Ditegaskannya, bila prinsip-prinsip perekonomian sudah disusun secara kekeluargaan maka hal demikian sudah selaras dengan nilai-nilai Pancasila. “Bila tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, di sinilah salah satu dari contoh tidak nyambungnya antara cita-cita dan realita. Banyak permusyarawatan yang prakteknya berbeda saat di lapangan,” paparnya.

Untuk itu Koordinator Nasional Nusantara Mengaji itu menegaskan perlu adanya ‘role model’ yang bisa dijadikan acuan untuk menjadi contoh ketauladanan. “Ketauladanan yang kita inginkan sampai saat ini belum berhasil kita temukan,” ungkapnya.

Untuk itulah Gus Jazil ingin agar Pancasila menjadi ruh dalam segala sendi kehidupan bagi semua sehingga Pancasila bisa membumi. “Bila implementasi Pancasila belum terjadi maka masyarakat, anak-anak muda, akan semakin menjauh,” ujarnya.

Teras Narang yang hadir dalam diskusi lewat ‘daring’ mengatakan semua warga negara harus memahami pentingnya Pancasila. “Ini pekerjaan yang tak boleh berhenti,” tegasnya.

Untuk memberi sosialisasi atau memahamkan nilai-nilai ini menurut mantan Gubernur Kalimantan Tengah itu harus menyesuaikan dengan era yang ada. Unsur kebersamaan dikatakan harus selalu didengungkan.

Benny Susetyo menyebut seseorang itu mengamalkan nilai-nilai Pancasila bisa dilihat, apakah dia dalam kehidupan mempunyai rasa ketuhanan, kemanusiaan, keadilan, dan persatuan.

“Bila nilai-nilai itu ada maka seseorang itu mampu membuat tatanan hidup sesuai dengan apa yang kita inginkan. Nilai-nilai yang demikian ada pada sosok Wakil Presiden Mohammad Hatta. Hatta merupakan sosok yang bisa dijadikan teladan. Elite politik memang harus memberikan contoh ketauladanan,” pungkasnya.[liputan.co.id]

Komentar