Luhut Sebut Orang Luar Jawa Jangan Mimpi Jadi Presiden, Pengamat: Menguatkan Politik Identitas

JAKARTA – Pernyataan Menteri Koordinasi Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan (LBP) jika orang luar Jawa jangan mimpi jadi presiden sangat disesalkan, karena hal tersebut akan menguatkan politik indentitas.

Sebagai Menteri Menko Marves tidak seharusnya mengatakan hal tersebut, sebab, mulai dari UUD hingga peraturan perundangan yang paling rendah tidak ada yang mengatur hal itu.

Karena itu, menurut Jamiluddin, pernyataan LBP itu dapat menjadi pembenaran bagi kelompok tertentu yang memang dari dulu menginginkan orang Jawa yang harus jadi presiden di Indonesia.

“Bahkan ada kompok yang beranggapan Indonesia harus dipimpin secara bergantian orang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka menilai Jawa Tengah diwakili Mataram dan Jawa Timur diwakili Majapahit,” kata Pengamat Politik Jamiluddin Ritonga lewat pesan tertulisnya, Jumat (23/9).

Bahkan, lanjut Jamiluddin, saat jabatan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan berakhir, sudah terdengar penggantinya akan dari Jawa Tengah. “Ketepatan pengganti SBY berasal dari Solo, Jawa Tengah, yakni Joko Widodo,” beber Jamiluddin.

Jamiluddin mengingatkan, pola pikir itu seharusnya dikikis karena memang tidak sesuai dengan konstitusi Indonesia, bahkan hal itu bertentangan dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika.

Sebagai pemimpin, imbau Jamiluddin, LBP seyogyanya tidak mengangkat hal itu ke publik, sebab hal itu dapat menyuburkan etnosentrisme di Indonesia.

“Kalau etnosentrisme menguat di Indonesia, tentu akan melanggengkan seolah-olah hanya orang Jawa yang berhak menjadi presiden. Hal itu justru akan menguatkan politik identitas yang membahayakan keutuhan NKRI,” tegas Dekan Fikom IISIP, Jakarta 1996-1999 ini.

Mantan Sekjen Media Watch ini menghimbau LBP seharusnya lebih bijak dalam melontarkan pendapatnya.

“Hal-hal yang berpeluang menggoyahkan keutuhan NKRI dan tak sesuai dengan perundang-undangan seyogyanya tak perlu diwacanakan ke publik,” pungkas Jamiluddin Ritonga. (***)

Komentar