LIPUTAN.CO.ID, Jakarta – Anggota Komite II DPD RI Emma Yohanna mengeluhkan langkanya pupuk bersubsidi di daerah pemilihannya, Sumatera Barat.
Keluhan tersebut disampaikan Emma Yohanna, langsung kepada Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, dalam Rapat Kerja Komite II DPD RI dengan Kementerian Pertanian, di Gedung DPD RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, (11/4/2023).
Tersebab langkanya pupuk bersubsidi itu, ujar Emma, masyarakat petani di Sumatera Barat malah menyampaikan aspirasinya agar agar subsidi untuk pupuk dihapuskan, sehingga pupuk mudah didapatkan.
“Masyarakat petani di Sumatera Barat sampai minta subsidi untuk pupuk dihapuskan saja, yang penting pupuk tidak sulit untuk dibeli,” ujarnya.
Senada dengan Emma Yohanna, anggota DPD RI asal Provinsi Jawa Tengah Denty Eka Widi Pratiwi mengatakan persoalan tidak tersedianya pupuk di kalangan petani merupakan masalah klasik.
Untuk itu, ia meminta Kementerian Pertanian bisa memperhatikan penyuluh dalam memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada petani.
“Masalah pupuk bersubsidi merupakan hal klasik. Seharusnya Kementan bisa memperhatikan penyuluh, karena penyuluh bisa mengajarkan dan memberikan pemahaman dalam membuat pupuk,” tegas Denty.
Sedangan anggota DPD RI asal Provinsi Kalimantan Utara Martin Billa menjelaskan Kalimantan Utara merupakan daerah yang dekat perbatasan maka sudah seharusnya pemerintah menaruh perhatian khusus pada sektor pertanian.
Ia meminta Kementan untuk bisa membantu pendistribusian dan pemasaran beras Krayan asal Kalimantan Utara.
“Kementan diharapkan bisa membantu mendistribusikan beras Krayan yang sudah terkenal. Beras ini produksinya banyak namun distribusinya sulit sekali,” ungkapnya.
Menyikapi berbagai masalah pertanian di daerah sebagaimana laporan anggota DPD RI, maka Ketua Komite II DPD RI Yorrys Raweyai khawatir masalah pangan masih saja akan terjadi.
“Apalagi menjelang Idul Fitri, dikhawatirkan bahan pokok juga akan langka di pasar,” Yorrys Raweyai.
Karena itu, Yorrys minta penjelasan mengenai ketersediaan pangan menjelang Hari Raya Idul Fitri. “Kami mengkhawatirkan langkanya bahan pokok, maka kami meminta penjelasan tentang ketersediaan pangan jelang Idul Fitri,” ujarnya.
Sedangkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjelaskan nilai ekspor pertanian mengalami peningkatan sejak tahun 2019, termasuk tahun 2022 meningkat 6,79 persen dibandingkan dengan tahun 2021.
“Nilai ekspor 2022 meningkat 6,79 persen dibandingkan tahun 2021. Data tahun 2021 merupakan angka revisi dan menggunakan cakupan kode HS sesuai Juknis HS 2022,” paparnya.
Selain itu, luas panen padi pada tahun 2022 sebesar 10,45 juta hektare naik 0,04 juta dibanding tahun 2021 yang hanya 10,41 juta. Produksi beras pada 2022 sebesar 31,54 juta ton, mengalami peningkatan sebanyak 0,18 juta ton atau 0,59 persen dibandingkan produksi beras di 2021 yang sebesar 31,36 juta ton.
“Jadi panen padi pada tahun 2022 merupakan tertinggi dari sebelumnya,” imbuhnya.
Komentar