Dialog Kenegaraan DPD RI, Puteh: Maaf, Ya, dari Sisi Petani Andai Tak Ada Pemerintah Tidak Apa-apa

LIPUTAN.CO.ID, Jakarta – Wakil Ketua Komite II DPD RI, Abdullah Puteh mengutip pidato Presiden RI pertama Soekarno untuk menjelaskan penting dan strategisnya ketersediaan pangan bagi sebuah bangsa.

“Pada tanggal 27 April 1952 Bung Karno berpidato bahwa pangan adalah hidup matinya sebuah bangsa. Apabila penduduk sebuah bangsa sudah lebih 100 juta tapi masih saja impor beras, maka negara itu akan mati,” kata Puteh.

Kutipan pidato Bung Karno itu disampaikan Puteh di acara Dialog Kenegaraan bertajuk “Peran Konkret Wakil Rakyat Tanggulangi Meroketnya Harga Bahan Pokok”, di Selasar Gedung DPD RI, Senayan, Jakarta, Rabu (6/3/2024).

Masalahnya, lanjut Senator dari Provinsi Aceh itu, sudah hampir satu abad Indonesia tidak berhasil menghentikan impor beras secara konsisten.

Menurutnya, kegagalan Indonesia untuk memproduksi pangan khususnya beras antara lain disebabkan sistem pertanian Indonesia sangat tidak sesuai dengan profil Indonesia sebagai negara kepulauan.

“Soal pendistribusian bibit atau pupuk misalnya, mestinya tidak tersentralisasi. Harusnya berikan ke daerah-daerah. Jangan melalui kementerian karena jaraknya dengan daerah-daerah terlalu jauh,” kata Puteh.

Karena sistem pertanian Indonesia tersentralisasi, kata Puteh, membuat petani semakin menderita. “Maaf, ya, dari sisi petani andai tidak ada pemerintah tidak apa-apa karena memang tidak pernah dirasakan kehadirannya oleh para petani,” ujarnya.

Lebih lanjut, Puteh menceritakan irigasi yang terlantar di Provinsi Aceh yang seharusnya diperbaiki oleh pemerintah.

“Di Aceh banyak irigasi rusak dan untuk memperbaikinya butuh dana sekitar Rp200 M. Sampai kini pemerintah tak mau memperbaikinya. Padahal irigasi itu sangat besar manfaatnya, baik untuk Aceh maupun untuk kepentingan pangan nasional,” pungkasnya.

Komentar