LIPUTAN.CO.ID, Jakarta – Wakil Ketua DPD RI Sultan B Najamudin mengungkap keluhan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menyebut proses demokrasi Indonesia mahal dan melelahkan.
Keluhan itu menurut Sultan diungkap Prabowo saat menjadi pembicara utama dalam acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2024, bertajuk “Thriving through Transition” di Jakarta, Selasa (5/3/2024).
“Saya pikir saya berpartisipasi dalam cukup banyak Pemilu. Dan izinkan saya bersaksi, bahwa demokrasi memang mahal dan sangat melelahkan serta masih banyak yang harus diperbaiki,” kata Prabowo.
Menurut Sultan, keluhan Prabowo merupakan isyarat penting bagi bangsa Indonesia untuk tidak perlu ragu apalagi malu untuk kembali ke sistem Pemilu terdahulu, di mana presiden dan wakil presiden dipilih melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
“Sebagai bangsa, Indonesia harus percaya diri dan mempertahankan nilai-nilai dalam praktik kenegaraan yang digariskan oleh Pancasila dan UUD 1945. Harus kita akui bahwa proses demokrasi yang liberal seperti sekarang ini sangat jauh dari karakter demokrasi Pancasila,” kata Sultan, Rabu (6/3/2024).
Pemilu langsung dalam Demokrasi liberal, kata Sultan, lebih besar mudharatnya daripada manfaat daulat rakyat yang ingin dicapai. Sampai kapan pun praktik politik yang high cost dan menghalalkan segala cara akan selalu mewarnai proses Pemilu langsung.
“Akibatnya akan selalu ada dugaan kecurangan dan potensi konflik horizontal di setiap Pemilu. Padahal Pemilu hanya alat atau mekanisme demokrasi yang tidak lebih penting daripada kualitas kepemimpinan nasional yang dihasilkan,” tegasnya.
Kualitas pemimpin dan kepemimpinan nasional, sambungnya, tidak bisa hadir dengan proses demokrasi dan sistem Pemilu yang debatable dan memungkinkan penggunaan politik uang dalam jumlah besar.
“Sehingga kami menyambut baik sikap dan pengakuan politik Pak Prabowo itu. Jangan kita membiarkan bangsa terjebak dalam lingkaran setan Pemilu yang selalu memicu konflik politik oleh para pemilik modal,” tegasnya.
Pemilu tak langsung, ujarnya, tidak terkait dengan gaya kepemimpinan seorang presiden yang dipilih oleh lembaga perwakilan atau parlemen. Maka tidak relevan mengaitkan sistem Pemilu tidak langsung dengan kepemimpinan orde baru yang cenderung otoriter.
Sultan mengharapkan agar presiden terpilih nanti memiliki political Will untuk memperbaharui sistem politik di Indonesia. Sehingga demokrasi Indonesia memiliki karakter yang sesuai dengan semangat kebangsaan dan budaya yang luhur berdasarkan Pancasila.
“Dan pada akhirnya akan menghasilkan pemimpin nasional yang dibutuhkan bangsa ini dalam membangun negara. Pemimpin yang mampu menghadirkan kesejahteraan sosial yang luas bagi masyarakat Indonesia,” imbuhnya.
Komentar