Didukung Partai Non Parlemen di Pilkada Lampung, Pakar: Bentuk Perlawanan Rakyat

LIPUTAN.CO.ID, Jakarta – Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Lampung, Arinal Djunaidi-Sutono, mendapat dukungan politik dari 5 partai non parlemen di Pilkada Lampung. Dukungan ini disampaikan setelah penetapan calon gubernur dan wakil gubernur oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Agustus lalu.

Diketahui, 5 partai non parlemen yang mendukung Arinal-Sutono adalah Partai Gelora Indonesia, Partai Garuda, PBB, Partai Perindo, dan Partai Hanura.

Menanggapi dukungan tersebut, pakar politik dari Universitas Lampung (Unila), Prof. Hamzah, mengatakan bahwa dukungan dari lima partai non parlemen ini adalah bagian dari upaya menggalang Koalisi Rakyat untuk melawan dominasi kekuatan partai politik besar.

Menurut Prof. Hamzah, meskipun secara normatif dukungan ini tidak berpengaruh pada pencalonan, hal ini bisa menjadi mesin baru bagi pasangan Arinal-Sutono dalam menghadapi lawan yang didukung oleh mayoritas partai politik di Pilkada 2024.

“Dukungan partai non parlemen kepada Arinal-Sutono secara normatif memang tidak berpengaruh lagi terhadap pencalonan mereka, jadi ada atau tidak ada dukungan partai non parlemen, pasangan tersebut sudah resmi sebagai calon gubernur dan wakil gubernur. Namun, dukungan ini bisa menjadi dorongan moral bagi calon tersebut,” kata Prof. Hamzah saat dihubungi, Kamis (19/09/2024).

Prof. Hamzah juga menambahkan bahwa dukungan partai non parlemen ini menunjukkan bahwa rakyat semakin cerdas dalam menanggapi masalah demokrasi di Indonesia.

Oleh sebab itu, dukungan dari partai non parlemen ini bisa dikatakan sebagai penggalangan Koalisi Rakyat dan perlawanan masyarakat terhadap partai politik yang tidak memberikan pendidikan demokrasi yang baik.

“Terminologi ‘Koalisi Rakyat’ dikatakan sebagai bentuk perlawanan atas calon lain yang didukung oleh mayoritas partai politik, maka saya katakan iya,” jelasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa partai-partai non parlemen ini tidak bisa dipandang sebelah mata, meskipun partai-partai tersebut tidak lolos ke parlemen pusat maupun daerah. Partai-partai ini memiliki basis pendukung yang jelas di setiap daerah di Provinsi Lampung.

“Memang walaupun dukungan ini datang dari partai non parlemen, bukan berarti mereka tidak memiliki basis pemilih. Mereka hanya tidak mendapatkan suara yang cukup untuk memperoleh kursi. Jadi, dukungan ini pun tentu bukan dukungan tanpa kekuatan,” ucapnya.

Lebih lanjut, Prof. Hamzah menyatakan bahwa jika lima partai pendukung non parlemen ini bergerak secara signifikan bersama dengan mesin partai pemilik kursi, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Hal ini menjadi peringatan bagi partai-partai besar yang mendukung calon lain.

“Ini menjadi ‘bola salju’ yang menggelinding menjadi besar, walau untuk skala nasional belum pernah terjadi, mampu membendung keberhasilan ketika bertarung dengan koalisi partai yang memiliki kursi, tapi ini sebuah alarm,” bebernya.

Prof. Hamzah juga menyinggung soal potensi pemilih akar rumput Golkar Lampung yang akan tetap setia mendukung Arinal. Tetapi untuk kader struktural partai, menurutnya, di depan layar mereka tetap mendukung calon yang direkomendasikan partai.

“Kita lihat faktanya, yang mengantar Arinal saat mendaftar hanya teman-teman setianya. Bahkan teman-teman yang dulu bersamanya saat berkuasa sebagai gubernur tidak terlihat. Jadi, kita lihat saja, karena dalam sebuah pertandingan, bisa saja akan ada kejutan,” pungkasnya. (*)

Komentar