Keuntungan Menggiurkan Bertani Ikan di Jatiluhur, tapi Harga Pakan Mencekik

LIPUTAN.CO.ID, Jakarta – Budidaya ikan di kolam terapung Bendungan Jatiluhur masih menjadi sumber penghidupan utama bagi banyak warga.

Salah satunya adalah Ina Sukmana, seorang petani ikan yang telah menggeluti usaha ini selama lebih dari 10 tahun.

Meski sering menghadapi kerugian, Ina tetap bertahan karena keuntungan dari usaha ini cukup menjanjikan. Dalam kondisi normal, ia bisa meraup Rp3 juta per kolam setiap panen.

Dengan aturan maksimal 8 kolam per lapak, potensi pendapatan bisa mencapai Rp24 juta sekali panen jika semua ikan berhasil dipanen dengan baik.

“Kalau nasib lagi bagus, hasilnya lumayan. Satu kolam bisa dapat Rp3 juta, kalau punya 8 kolam ya tinggal dikalikan saja,” kata Ina saat ditemui di Bendungan Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, Sabtu (18/1/2025).

Di balik keuntungan yang menjanjikan, budidaya ikan di kolam terapung menyimpan banyak risiko. Salah satu yang paling berbahaya adalah petir yang kerap menyambar area kolam.

“Saya sudah dua kali menyelamatkan petani lain yang tersambar petir, tapi kalau sudah kena, biasanya tidak selamat,” ungkapnya.

Selain itu, angin kencang sering kali menerjang saung-saung tempat para petani beristirahat, membuat atap beterbangan hingga menyisakan lantai kayu.

Namun, ancaman terbesar bagi para petani ikan adalah “musibah tahunan”, yaitu perubahan suhu air yang tidak stabil akibat musim hujan berkepanjangan. Kondisi ini membuat ikan mengalami stres, mabuk, hingga mati massal.

“Kalau musim hujan datang tanpa henti, itu yang paling menyakitkan. Air jadi tidak stabil, ikan banyak yang mati,” katanya.

Untuk mengurangi risiko kerugian akibat musim hujan, para petani mulai mengganti jenis ikan yang dibudidayakan. Ikan nila menjadi pilihan utama karena lebih kuat dibandingkan ikan mas yang lebih rentan terhadap perubahan suhu.

“Ikan nila lebih tahan dibanding ikan mas, meskipun harganya tidak semahal ikan mas,” jelas Ina.

Tak hanya itu, Ina kini juga lebih fokus pada penjualan benih ikan daripada membesarkan ikan hingga siap panen. Ia menyebut bisnis benih lebih menguntungkan karena biaya pakan lebih rendah, sementara harga jual tetap kompetitif.

“Sekarang lebih banyak jual benih, karena pakan lebih sedikit, tapi untungnya hampir sama dengan menjual nila besar,” tambahnya.

Meski telah beradaptasi dengan berbagai tantangan, Ina tetap menghadapi satu kendala besar: harga pakan ikan yang terus meroket.

“Harga pakan naik terus, tidak pernah turun. Harapan kami pemerintah bisa mengontrol harga agar tidak terlalu memberatkan petani,” keluhnya.

Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi, Ina tetap bertahan. Baginya, budidaya ikan di kolam terapung bukan sekadar pekerjaan, tetapi cara hidup yang sudah ia jalani selama satu dekade.

Komentar