JAKARTA – Peringatan hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 2021 kemarin menjadi momentum untuk merefresh kembali semangat generasi muda saat ini, setelah diterpa oleh perkembangan teknologi informasi.
Tahun 1928, anak-anak muda dari penjuru tanah air, dari berbagai suku, agama berkumpul dan bersatu demi bangsa dan negara. Tepat 28 Oktober 1928 terjadi peristiwa Sumpah Pemuda yang diselenggarakan dalam Kongres Pemuda II. Poin utama dari Sumpah Pemuda ini adalah bertanah air satu Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, dan berbahasa satu bahasa Indonesia.
Para pemuda dulu telah meninggalkan legacy atau peristiwa penting kepada generasi muda saat ini. Hal ini membuat generasi muda saat ini harus bekerja keras untuk memberikan peristiwa (Legacy) baru bagi generasi akan datang.
Semangat dan persatuan telah ditunjukan oleh anak-anak muda dulu saat Kongres Pemuda di tahun 1928. Semangat menyatukan Indonesia dilakukan dalam waktu singkat, namun mampu meninggalkan satu peristiwa besar bagi generasi muda selanjutnya.
“Mereka bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa, memberikan satu ‘legecy’ yang tidak pernah luntur, menimbulkan motivasi bagi generasi-generasi mereka selanjutnya, 10 tahun, 50 tahun bahkan 100 tahun ke depan. Bagaimana kita untuk berjuang demi kebangsaan kita,” kata Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan dalam satu sesi diskusi publik di Ruang Presroom MPR/DPR/DPD RI, Senin (1/11).
Menurut politisi Partai Demokrat itu, Hari Sumpah Pemuda jangan sekedar diperingati sebagai satu rutinitas saat waktunya tiba, tetapi bagaimana para pemangku kepentingan memberikan dukungan penuh kepada para generasi muda Indonesia dalam membangun, dan memabwa bangsa ini kedepan.
“Kita sudah memiliki geografi umur para generasi muda kita yang sangat lebih banyak produktivitasnya jika dibandingkan dengan negara lain. Ini merupakan satu bonus geografi kita, dan itu perlu untuk kita manfaatkan secara maksimal,” ujarnya.
Menurut survei, kata mantan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah itu, jika menyebut anak muda maka yang terlintas dalam alam sadar semua orang adalah kuat, enerjik dan tahan banting dalam menghadapi segala macam tantangan.
“Segala macam tantangan ini termasuk bagaimana membangun bangsa ini kedepan, jadi kalau ingin bangsa ini kedepan lebih bagus serahkan saja kepada anak muda,” ungkapnya.
“Nilai-nilai kebangsaan itu memang patut untuk kita berikan kesempatan kepada generasi muda, karena sudah terbukti pengalaman dengan sumpah pemuda bahwa diantara generasi muda itu pada saat dibutuhkan selalu tampil, memberikan nilai-nilai kebangsaan kepada re-generasinya. Saya setuju sekali bahwa kita harus memberikan langkah-langkah kebijakan yang keberpihakan kepada generasi muda,” tambah Syarief
Anggota MPR RI dari unsur DPD RI, Jialyka Maharani dalam kesempatan yang sama mengingatkan anak-anak muda Indonesia agar tidak kalah dalam mencatatkan nama mereka dalam lembaran sejarah, sebagaimana yang dilakukan oleh anak-anak muda terdahulu.
Pesatnya perubahan berbagai ilmu pengetahuan saat ini, harusnya menjadi satu alasan kuat jika anak-anak muda era sekarang mampu menghasilkan sesuatu yang baik untuk perkembangan bangsa ke depan. Jika anak muda dulu mampu mengukir sejarah dengan segala keterbatasan, maka anak muda sekarang harus lebih baik.
“Ada Jong Java, Jong Soematra, Jong Bataksbond, Jong Celebes. Mereka mengesampingkan egonya masing-masing maupun baju politiknya untuk bersatu demi Indonesia,” ucap Jialyka.
“Mereka memulai dari usia yang sangat muda, bukan usia yang sudah senior dan bahkan diantara mereka ada yang usianya sekitar 23 atau 26 tahun, sudah terjun ke duania itu politik.” Sambungnya.
Dengan segala kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini harusnya bisa dimanfaatkan oleh anak muda untuk berbuat lebih banyak buat bangsa Indonesia.
“Tapi, jangan sampai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini malah menggerus rasa nasionalisme kita, rasa kepahlawanan kita. Jadi ini perlu menjadi catatan bagi kita dan saya rasa ini juga terkait dengan fungsi MPR juga, bagaimana kita Anggota DPD dan Anggota DPR juga sering sekali mengadakan Sosialisasi Empat Pilar, menurut saya ini memang suatu hal yang sangat wajib untuk di sampaikan kepada anak muda zaman sekarang, karena itu sebagai landasan karakter bangsa kita,” jelasnya.
Lanjut senator asal Sumatera Utara itu, kehadiran empat pilar di tengah-tengah masyarakat akan menjadi filter bagi anak muda Indonesia dalam merespon perkembangan teknologi.
“Jadi saya ingatkan untuk anak-anak muda kedepan ini mulai berbenah, karena Indonesia juga berharap besar kepada kita. 2045 nanti kita akan menikmati bonus demografi yang disebut-sebut menjadi Indonesia emas kedepannya dan itu harus dipersiapkan,” ungkapnya.
Indonesia emas, lanjut Jialyka, tidak akan pernah terwujud jika sumber daya manusianya, khususnya angkatan mudanya tidak memiliki kapasitas dan kapabilitas serta kualitas yang memadai, hingga menjadi tantangan serta warning bagi generasi muda untuk berbenah.
“Ini menjadi warning bagi anak muda dan juga bagi Pemerintah tentunya. Harus bisa memfasilitasi bagaimana caranya anak-anak muda ke depan bisa kita daya gunakan,” tutupnya. (***)
Komentar