Selama 2020, Hutama Karya Garap 8 Jalan Tol dan Nambah 2 Ruas Tol Trans Sumatera

JAKARTA– Terus berkarya membangun negeri melalui infrastruktur terbaik di Indonesia, PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) berkomitmen untuk memberikan kinerja terbaik dalam melanjutkan penugasan dari Pemerintah Indonesia berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 117 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) dalam rangka pengembangan kawasan di Pulau Sumatra.

Menjelang akhir tahun 2020, Hutama
Karya menambah 2 (dua) daftar tol beroperasi yakni Tol Pekanbaru – Dumai (132 Km) dan Tol Sigli – Banda Aceh seksi 4 Indrapuri – Blang Bintang (14 Km), sehingga secara keseluruhan ruas JTTS yang telah dioperasikan Hutama Karya yakni 7 (tujuh) ruas tol.

Adapun 5 (lima) ruas tol lainnya yang telah beroperasi secara penuh yakni Tol Bakauheni – Terbanggi Besar (141 Km), Tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang dan Tol Pematang Panggang – Kayu Agung (189 Km), Tol Palembang – Indralaya (22 Km), hingga Tol Medan – Binjai seksi 2 & 3 (15 Km).

Sedangkan untuk ruas tol Medan – Binjai seksi 1 (Tanjung Mulia – Marelan – Helvetia) Segmen Tanjung Mulia – Marelan sepanjang 4,2 Km dan ruas tol Sigli – Banda Aceh seksi 3 (Jantho – Indrapuri) sepanjang 16 Km telah dibuka secara fungsional tanpa tarif menjelang libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 (Nataru) mulai Rabu (23/12) hingga Senin (4/1) 2021 mendatang.

Direktur Operasi I Hutama Karya Suroto menyampaikan meski berada di tengah pandemi Covid-19 yang telah melanda dunia dan Indonesia selama kurang lebih 10 bulan terakhir, Hutama Karya tetap berkomitmen menyelesaikan mandat dari Pemerintah Indonesia.

“Tahun ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi kami. Di samping mengutamakan kesehatan serta
keselamatan para karyawan dan pekerja di proyek pembangunan JTTS, proses pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) pun harus tetap berjalan. Untuk itu, manajemen telah menerapkan berbagai skenario dan memberlakukan contingency plan yang harus dipatuhi oleh seluruh elemen baik di kantor pusat maupun di proyek-proyek yang sedang digarap perusahaan, agar pembangunan proyek tidak terhambat. Bahkan perusahaan berhasil mengoperasikan dua ruas di JTTS di tahun 2020,” ujar Suroto.

Kedua ruas tol yang telah diresmikan dan dioperasikan di tahun ini memiliki value tersendiri bagi masing-masing wilayahnya.

“Tol Pekanbaru – Dumai menjadi tol terpanjang ke-3 di Indonesia, dan tol ini memiliki keunikan khusus yakni disepanjang jalan bebas hambatan
tersebut terdapat Underpass Perlintasan Gajah (UPG) pertama di Indonesia. Kami berkoordinasi dengan BBKSDA Riau untuk tetap menjaga kelestarian gajah-gajah di Sumatra, agar keseimbangan infrastruktur dan ekosistem tercapai. Sementara itu, Tol Sigli – Banda Aceh Seksi 4 menjadi tol dengan proses pembebasan lahan tercepat seperti yang disampaikan oleh Bapak Jokowi saat peresmian bulan Agustus silam. Ini menjadi sebuah hal yang positif, karena pada prinsipnya pembangunan tol didukung oleh masyarakat dan pihak setempat.” jelas Suroto.

Hingga akhir tahun 2020, selain mengoperasikan 2 (dua) ruas JTTS, Hutama Karya juga menggarap konstruksi 8 (delapan) ruas JTTS, diantaranya Tol Sigli – Banda Aceh (60 Km) dengan total progres konstruksi mencapai 63%, Tol Pekanbaru – Pangkalan (83 Km) dengan progres konstruksi mencapai 41%, Tol Padang – Sicincin (37 Km) dengan progres konstruksi mencapai 34%, Tol Bengkulu – Taba Penanjung (18 Km) dengan progres konstruksi 85%, Tol Sp. Indralaya – Muara Enim (121 Km) dengan progres konstruksi 19%, Tol Binjai – Langsa (131 Km) dengan progres konstruksi 27%, Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Parapat (143 Km) dengan progres konstruksi 53% dan Tol Indrapura – Kisaran (48 Km) dengan progres konstruksi 16%. Sehingga total panjang JTTS yang dibangun hingga penghujung tahun 2020 yakni 1.156 Km dengan 643 Km ruas konstruksi dan 513 Km ruas operasi.

Tak hanya menargetkan penyelesaian ruas-ruas yang saat ini tengah dalam proses konstruksi, Hutama Karya juga menargetkan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) di 3 (tiga) ruas tol.

“Tahun depan kita targetkan penyelesaian Tol Bengkulu – Taba Penanjung sepanjang 18 KM, Tol Sigli – Banda Aceh seksi 1-2 dan seksi 5-6, serta sejumlah seksi di sepanjang ruas Pekanbaru – Padang. Selain itu, Hutama Karya juga menargetkan PPJT di 3 ruas tol di tahun 2021 diantaranya ruas Betung – Jambi (169 Km), ruas Jambi – Rengat (198 Km), dan ruas Rengat – Pekanbaru (207 Km). Kami berharap tahun depan menjadi tahun recovery untuk kita semua, sehingga seluruh target yang telah ditentukan oleh perusahaan di tahun 2021 dapat tercapai.” tutup Suroto Direktur Operasi I Hutama Karya.

Terus Hubungkan Kebaikan Di Tengah Pandemi Covid-19

Meski dihadapkan dengan merebaknya Pandemi Covid-19 di Indonesia, namun tidak menjadi halangan bagi Hutama Karya untuk terus menghubungkan kebaikan dalam berkiprah dan
memprioritaskan pembangunan infrastruktur di Indonesia melalui Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).

Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo dalam peresmian Tol Sigli – Banda Aceh seksi 4 (Indrapuri – Blang Bintang) secara virtual pada (25/7) silam, bahwa hadirnya JTTS akan mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di Sumatra.

“Selain meningkatkan efisiensi waktu tempuh menjadi 53 jam sepanjang koridor pembangunan, keberadaan jalan tol akan meningkatkan multiplier effect 2 sampai 3 kali setelah selesai di 2024, serta menyerap tenaga kerja hingga 296 ribu lapangan kerja secara langsung untuk 18 ruas yang ada.” Ujar Jokowi.

Sejalan dengan hal tersebut, Hutama Karya terus berkomitmen untuk menjaga kesejahteraan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan tidak mengurangi jumlah pekerja di Jalan Tol Trans Sumatera di tengah Pandemi Covid-19 ini. Di tahun 2020 sendiri, terhitung terdapat total 7.938 jumlah pekerja yang tersebar di seluruh ruas-ruas pembangunan konstruksi JTTS, dimana keseluruhan pekerja ini merupakan gabungan yang berasal dari Hutama Karya selaku Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), konsultan supervisi, kontraktor, konsultan Pengendali Mutu
Independen (PMI), dan sub-kontraktor.

Hutama Karya Sebagai Lokomotor Perekonomian Sumatera

Tantangan ke depan pembangunan Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap perubahan.

Keberadaan Indonesia di pusat baru gravitasi ekonomi global yaitu Kawasan Timur Asia (termasuk Asia Tenggara) menjadikan Indonesia sebagai jantung pertumbuhan ekonomi dunia.

Indonesia menjadi negara dengan luas kawasan terbesar, penduduk terbanyak dan sumber daya alam terkaya, salah satunya di Pulau Sumatra. Kegiatan perekonomian utama Sumatra yang saat ini berfokus pada kelapa sawit, karet, batu bara, perkapalan dan besi baja, menjadikan Sumatra sebagai sentra produksi dari pengolahan bumi dan juga lumbung energi nasional.

Dalam prinsipnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan mesin penggerak perekonomian Indonesia. Sebagai salah satu BUMN Infrastruktur terkemuka di Indonesia, sumbangsih Hutama Karya dalam membangun negeri dapat dilihat dari berbagai infrastruktur yang telah dan tengah digarap, salah satunya melalui pembangunan jalan bebas hambatan, Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).

Untuk mendukung pengembangan setiap kegiatan ekonomi utama
tersebut, diperlukan upaya peningkatan konektivitas (infrastruktur jalan) sebagai akses penunjang menuju pelabuhan wilayah setempat.

Sehingga jika akses terfasilitasi, gerbang menuju Hub Internasional di sisi Barat dan Timur Sumatra dapat terbuka dan secara tidak langsung berdampak pada peningkatan perekonomian Indonesia di Pulau Sumatra dan tidak hanya bertumpu di Pulau Jawa.

Kantor Staf Presiden (KSP) meyakini pembangunan major project ini akan menumbuhkan wilayah ekonomi baru. Seperti dikutip oleh voi.id, Deputi I KSP Febry C Tetelepta menyatakan
keberadaan infrastrukur jalan tol harus memberikan dampak positif bagi masyarakat.

“Keberadaan jalan tol memberikan kesempatan bagi pengusaha lokal untuk mengisi dan menjalankan usahanya di rest area jalan tol tersebut. Sehingga dampak positifnya adalah
pertumbuhan wilayah ekonomi baru.” Ujar Febry C Tetelepta Deputi I KSP. (hms/***)

Komentar