Saatnya Muda Memimpin

Oleh: Rahmat Tunny 

 

‘Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia’. Kutipan kata mutiara ini keluar dari mulut proklamator bangsa Indonesia Ir. Soekarno saat memberikan semangat kepada anak-anak muda Indonesia.

Lewat kata mutiara ini Ir. Soekarno ingin memberi tahu dunia bahwa masa depan suatu bangsa itu ada di tangan anak-anak muda. Kutipan ini kemudian melegenda di Indonesia dan selalu dijadikan pelecut semangat oleh anak-anak muda.

Kutipan kata mutiara ini kemudian dibuktikan oleh anak-anak muda Indonesia lewat berbagai cara, ada yang tampil sebagai pebisnis handal seperti Nadiem Makarim (Co-Founder & CEO Gojek), William Tanuwijaya (pemilik Tokopedia), Adamas Belva Syah Devara (Co-Founder & CEO Ruangguru), M. Alfatih Timur (Co-Founder & CEO Kitabisa.com) dan nama lainnya.

Selain pebisnis, anak muda Indonesia juga mulai berani mengambil keputusan besar dengan terjun ke dunia politik Indonesia. Total perwakilan anak muda di Gedung DPR RI pada periode 2019-2024 sebanyak 4 persen dan angka ini cukup baik jika dibandingkan dengan  periode sebelumnya 2014-2019.

Tak hanya tampil sebagai wakil rakyat di Gedung DPR RI, beberapa anak muda juga dipercayakan oleh Presiden Joko Widodo menjadi Menteri, sebut saja Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesudibjo dan para staf ahli Presiden yang juga tergolong usia muda.

“Bisa dikatakan di periode 2019-2024 ini mencatatkan bahwa banyak sekali anak muda yang berusia dua puluhan tahun di bawah empat puluh tahun yang masuk menjadi anggota legislatif,” kata Anggota MPR RI Bramantyo Suwondo dalam satu acara diskusi publik beberapa waktu lalu.

Kehadiran anak muda di panggung politik Indonesia memberikan warna tersendiri, dan mampu meruntuhkan persepsi bahwa anak muda Indonesia saat ini tak bisa merubah bangsa, akibat dari pengaruh negatif lingkungan dan media sosial. Tak sedikit ide dan gagasan brilian dikemukakan oleh anak muda dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh bangsa dan negara.

“Dengan hadirnya anggota Parlemen yang muda-muda ini, bisa memberikan perspektif, pandangan dan juga representasi dari generasi milenial,” ucapnya.

Kemunculan anak muda di panggung politik bangsa tidak terlepas dari partisipasi anak-anak muda Indonesia dalam memberikan hak suara mereka di pesta demokrasi. Sebagaimana diketahui, anak muda kini menjadi pemilih terbanyak di Indonesia.

Dengan banyaknya wakil-wakil rakyat dari unsur generasi muda mampu membuat kebijakan atau Undang-undang yang merepresentasikan harapan-harapan generasi milenial.

“Semoga segala kebijakan atau pun juga undang-undang yang didorong oleh pemerintah dan DPR RI bisa merepresentasikan harapan-harapan dari generasi milenial dan generasi saat ini,” harap Bramantyo.

 

Karakter Kepahlawanan Harus Melekat Di Anak Muda

Jika merujuk pada pengertiannya, Pahlawan merupakan satu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang bagi kepentingan orang banyak. Perbuatannya memiliki pengaruh terhadap tingkah laku orang lain, karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat bangsa atau umat manusia.

Hal ini menjadi dasar untuk menjadi pahlawan di era kini. Bahkan seseorang bisa menjadi Pahlawan dengan hanya bermodalkan dua jari jempol, seperti membantu orang susah lewat media sosialnya. Tidak sedikit aksi sosial yang dilakukan oleh anak-anak muda di media sosial saat ada warga yang membutuhkan pertolongan, apalagi di masa pandemi Covid-19.

“Kita mulai menyadari bahwa di dalam diri kita ada power untuk bisa menjadi hero, baik bagi bangsa dan negara maupun kehidupan bermasyarakat,” Anggota MPR RI termuda Hillary Brigitta Lasut.

“Saat ini anak-anak muda untuk menjadi pahlawan, bahkan sambil rebahan, pakai jempol saja. Mereka juga bisa jadi pahlawan dengan ikut terlibat dalam keputusan strategis Pemerintahan, bahkan hanya dengan ujung jari saja,” tambah dia.

Menjadi pahlawan tidak hanya bermodalkan kasi sosial, tetapi harus juga ada keberanian dalam diri untuk menegakan kebenaran. Kenapa, karena ada juga anak muda Indonesia yang terlena dengan sesuatu yang instan dan menguntungkan dirinya, hingga tidak berani menyampaikan kebenaran.

“Walaupun ada kesempatan, ada fasilitas, tetapi tidak ada keinginan, tidak tahu apa itu kebenaran, dan tidak punya keberanian untuk menegakkan keadilan, tentunya akan sia-sia,” sahut dia.

Politisi perempuan termuda di Gedung DPR RI ini berharap anak muda Indonesia bisa memanfaatkan kemajuan teknologi informasi saat ini lebih banyak berbuat untuk kemajuan bangsa dan negara.

Indonesia masuk dalam lima besar negara di dunia penikmat media sosial, baik instagram, facebook, youtube dan twitter dan terbanyak dari kalangan anak muda. Posisi ini harusnya dimanfaatkan oleh anak muda Indonesia untuk berkarya berdasarkan kemampuan mereka, seperti yang dilakukan oleh Video Director dalam projek wonderful Indonesia Condro Wibowo yang mampu mengguncangkan dunia dengan hasil karyanya.

“Kita, yang saya rasa memiliki banyak privilege ya, di usia kita yang produktif, dengan segala kemajuan teknologi informasi dan komunikasi itu harusnya bisa menunggangi itu untuk bisa berbuat lebih untuk bangsa ini,” tutup Brigitta. (***)

Komentar