LIPUTAN.CO.ID, Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI, Suir Syam pesimis target prevalensi stunting yang sebesar 14 persen oleh Presiden Joko Widodo akan tercapai di tahun 2024, jika angka perokok di Indonesia masih tinggi.
Dengan waktu sekitar dua tahun lagi, segala upaya dan anggaran dikerahkan untuk menurunkan stunting, namun sepanjang masyarakat dibebaskan untuk merokok, politikus Partai Gerindra itu yakin, berbagai upaya yang dilakukan tidak akan berhasil untuk mengejar prevalensi stunting.
“Presiden itu menargetkan stunting di Indonesia turun 14 persen tahun 2024, dua tahun lagi. Berapa banyak bapak-bapak yang merokok di rumah, istrinya hamil. Itu pasti anaknya cenderung akan mengalami stunting,” kata Suir Syam, saat memimpin audiensi Komisi IX DPR RI, dengan Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Senin (22/8/2022).
Kemudian Indonesia Emas 2045 itu ujarnya, jangan-jangan menjadi Indonesia cemas karena stuntingnya bertambah besar karena rokok.
Pada audiensi tersebut, Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau, Hasbullah Thabrany menampilkan data dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI) yang menunjukan bahwa anak-anak dari orang tua perokok rata-rata mengalami pertumbuhan berat badan lebih ringan 1,5 kg dan pertumbuhan tinggi badan lebih rendah 0,34 cm lebih rendah dari anak yang orang tuanya tidak merokok. “Selain itu, kemungkinan stunting anak dari orang tuanya perokok lebih besar 5,5 persen,” ungkapnya.
Hasbullah juga mengaitkan kebiasaan merokok pada kelas menengah-bawah. Menurutnya, masih banyak orang yang memilih mengeluarkan uang untuk membeli rokok daripada membeli lauk pauk dan beras.
Fakta tersebut imbuhnya, selaras dengan data Komnas Pengendalian Tembakau yang memaparkan peningkatan pengeluaran rokok yang dibarengi penurunan pengeluaran makanan sumber protein dan karbohidrat akan memiliki dampak jangka panjang terhadap kondisi stunting anak.[liputan.co.id]_(Fas)
Komentar