LIPUTAN.CO.ID, Jakarta – Anggota Komisi VI DPR RI Rieke Diah Pitaloka mendorong Kementerian BUMN RI mendukung upaya melindungi atau konservasi cagar budaya yang ada di seluruh Indonesia.
Menurutnya, konservasi cagar budaya penting dilakukan guna mendorong terwujudnya national heritage yang berpengaruh pada peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar cagar budaya.
“Saya mohon dukungan dan kontibusi dari Kementerian BUMN untuk beberapa cagar budaya di Indonesia yang memiliki nilai historis dan religi yang kuat, sama-sama kita berjuang untuk menjadikannya national heritage,” kata Rieke, saat Reses Komisi VI DPR RI, ke Provinsi DIY, Rabu (22/2/2023).
Kontribusi tersebut lanjutnya, penting agar NKRI terap memiliki identitas dan karakter nasional yang lebih kuat. “Tentu seiring dengan terwujudnya hal tersebut diharapkan ada peningkatan ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya,” imbuhnya.
Politikus PDIP itu juga meminta penguatan ekonomi yang dilakukan oleh Pemda dengan dukungan dari pemerintah pusat secara terintegrasi di dalam penataan tempat wisata dengan nilai sejarah dan religi. Diharapkan pula, dukungan tersebut tidak hanya di DIY tapi juga yang ada di seluruh Indonesia.
“Kita sedang memperjuangkan objek wisata religi namanya Panembahan Giriloyo. Kita minta untuk dibantu penataannya, termasuk di antaranya ketersediaan listrik bukan hanya di sekitar areal wisata tapi juga di lingkungan sekitarnya. Kami memandang wisata sejarah dan religi ini sangat berarti sehingga penguatannya menjadi penting,” ungkap Rieke.
Selain itu. Rieke juga mengusulkan pengelolaan kawasan Borobudur, Prambanan, dan Candi Ratu Boko, ada suatu aktivitas yang bisa mengaktivasi budaya-budaya masyarakat desa yang ada di sekitarnya. Sehingga keberadaannya bisa betul-betul memberikan dampak kemanfaatan dari sisi ekonomi yang luar biasa bagi masyarakat desa, khususnya di Provinsi DIY.
“Kita mengangkat, jangan cuma jualan tempat, tapi ada hal-hal lain yang sebetulnya kalau mau dihitung dari keuntungan ekonomi pada masa yang akan datang juga memiliki dampak yang besar. Misalnya kami usul ada festival semacam lontar atau naskah-naskah kuno di kawasan candi. Sehingga, dengan adanya kegiatan kebudayaannya, aktivitas seninya, lalu kemudian ada semacam desa seni, semuanya terintegrasi menjadi satu,” pungkasnya.
Komentar