LIPUTAN.CO.ID, Jakarta – Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriana menilai merevitalisasi kawasan Depo Pertamina Plumpang jauh lebih bermanfaat dibanding merelokasi Depo Pertamina.
“Saya tidak bilang relokasi, tapi revitalisasi Depo Pertamina Plumpang. Bangun Rusun dan lengkapi dengan infrastruktur publik seperti pasar, rumah sakit dan pendidikan. Pasti jadi sesuatu yang sangat bagus. Jadi di balik musibah ada manfaat,” kata Yayat, di acara Dialektika Demokrasi, bertajuk “Tragedi Depo Pertamina Plumpang, Apa Solusinya?”, di Media Center DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (9/3/2023).
Dikatakannya, posisi Depo Pertamina di kawasan Plumpang sangat strategis. Kalau dipindah, lanjutnya, pasti akan memunculkan masalah baru.
Yayat menjelaskan, pada tahun 1974, PT Pertamina diberi HGU seluas 153 hektar. Yang dipakai dan diurus Pertamina cuma 72 hektar. Sisanya seluas 81 hektar ditelantarkan. Di situ terjadi pembiaraan aset negara oleh di Pertamina, karena perencanaan tidak matang.
“Pindah ke kawasan pelabuhan butuh jalan tol baru lagi. Akan lebih baik dan efisien kalau kawasan Plumpang direvitalisasi, biayanya juga lebih kecil. Kini saatnya kita buat wajah Tanjung Priok yang manusiawi,” tegasnya.
Menurut Yayat, untuk dana IKN bisa patungan. Di sisi lain, Pertamina punya dana Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan yang cukup besar. “APBD DKI juga bisa dipakai untuk revitalisasi kawasan kumuh, diperkuat anggaran Kementerian PUPR serta BUMN. Melalui patungan bisa terjadi revitalisasi kehidupan kemanusiaan di Plumpang,” ujarnya.
Kalau Plumpang sukses, imbuhnya, itu bisa jadi proyek percontohan bagi Depo Pertamina lainnya yang tersebar di semua provinsi. “Jangan sampai terjadi arisan kebakaran,” pungkasnya.
Komentar