Ida Fauziah: Pasar Rakyat Ini Aspirasi Pelaku UKM

Jakarta, Liputan.co.id – Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) DPR RI, Ida Fauziah menyatakan usaha kecil menengah (UKM) merupakan salah satu pilar ekonomi bangsa.

Hal tersebut dinyatakan Ida saat membuka pasar rakyat yang diinisiasi oleh F-PKB DPR, sebagai salah satu kegiatan peringatan HUT Ke-18 F-PKB DPR, di lobi Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (25/10/2017).

Dia jelaskan, pasar rakyat ini digelar setiap tahun sebagai upaya mengakomodasi aspirasi pelaku UKM yang disampaikan kepada F-PKB.

Selain menggelar pasar rakyat, F-PKB juga menggelar parlemen santri yang diikuti 114 santri perwakilan dari seluruh indonesia. “Nanti adik-adiklah yang duduk di sini (DPR,red),” ujar Ida.

Terpisah, Sekretaris F-PKB, H Cucun A Syamsurijal merasa bersyukur dapat melaksanakan parlemen santri untuk yang kedua kalinya ini.

“Kita bersyukur sekali, bisa menyelenggarakan perlemen santri yang kedua, juga mengucapkan selamat kepada para para santri,” ujar Cucun.

Para santri perwakilan dari seluruh Nusantara ini lanjut dia, telah diberi nasihat oleh Ketua Fraksi PKB, Ida Fauziyah. “Mereka mendapatkan nasihat dari Bu Ida, bagaimana mempunyai keyakinan, hari ini anda adalah pemuda, tapi besok kalian menjadi pemimpin. Jadi itu yang membuat semangat para santri,” tegasnya.

Menurut Cucun, mereka dikasih semangat, mereka dikasih pemahaman bagaimana hiruk-pikuk atau proses terjadinya semua regulasi yang mengatur semua orang di Indonesia dikeluarkan.

“Supaya mereka memahmi proses apa yang terjadi di negara kita. Jadi tidah hanya keseharian melihat kitab kuning saja. Semangat yang diberikan oleh ketua fraksi supaya mereka kedepanlah yang akan menjadi anggota DPR RI sebagai wakil dari Nahdliyin,” imbuh wakil rakyat dari daerah pemilihan Jawa Barat itu.

Hadir pada pembukaan pasar rakyat antara lain Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PKB, Abdul Kadir Karding serta sejumlah anggota DPR RI asal F-PKB dan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani.

Komentar