Audisi, Hambalang Retreat dan Pendadaran di Lembah Tidar

Oleh: Empi Muslion**

LIPUTAN.CO.ID – Ada yang menarik dari gebrakan Presiden Prabowo Subianto di awal masa pemerintahannya saat ini, sebelum melantik para jajaran kabinetnya dengan sebutan Kabinet Merah Putih.

Presiden Prabowo terlebih dahulu memanggil para calon menterinya ke kediaman Beliau di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan secara bergantian, dengan durasi waktu yang bervariatif namun secara rata-rata tidak memakan waktu yang cukup lama.

Pemanggilan calon pembantunya ke kediaman, sebenarnya dapat saja dilakukan oleh Pak Prabowo kapan pun, di mana pun dan selama apa pun untuk mendalami profil, kompetensi dan integritas para calon pembantunya.

Namun ada warna tersendiri, Beliau melakukan pemanggilan ke kediamannya dengan datang secara bergantian dan diliput oleh media.

Tentunya pemanggilan ini jika di dalami secara substansi atau mendiskusikan topik kerja yang akan Beliau berikan, rasanya tidaklah cukup dalam rentang durasi waktu yang sependek itu. Jadi apa sesungguhnya makna tersirat yang dapat kita terjemah dan artikulasikan?

Hal ini sebenarnya bukanlah sekedar pemanggilan, Pak Prabowo sebenarnya di samping memperlihatkan kepada khalayak banyak, akan adanya janji komitmen sang calon untuk bekerja dengan sepenuh jiwa, juga melakukan uji publik kepada rakyat, apakah calon pembantunya yang dipanggil merupakan sosok yang berkompeten, berintegritas atau memiliki rekam jejak cacat hukum atau cacat moral yang akan memengaruhi jalannya roda pemerintahan ke depan.

Di samping itu yang tak kalah pentingnya dari kegiatan pemanggilan ini adalah harapan adanya feedback dari masyarakat terhadap calon pembantunya, untuk mendapatkan masukan, catatan atau kritikan dari publik yang akan dilayaninya, namun banyak di antara masyarakat yang melihat ini sebagai sebuah ajang audisi seremonial dan justifikasi rekrutmen semata. Karena memang hampir semua calon yang dipanggil akhirnya mendapatkan pos sebagai pembantu Presiden.

Kedua, sebelum dilakukan pelantikan terhadap calon pembantu Presiden apakah itu Menteri, Wakil Menteri, Kepala Badan, Utusan Khusus, dan lainnya Pak Prabowo melakukan pembekalan bertajuk “Hambalang Retreat” selama sehari penuh di Hambalang Bogor.

Hambalang Retreat” adalah kegiatan orientasi berupa pembekalan tugas bagi para calon pembantu Beliau dengan berbagai materi pembahasan, seperti; pembekalan terhadap tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) masing-masing kementerian dan lembaga yang nantinya akan diemban oleh sang calon, pentingnya sinergi, koordinasi dan kolaborasi untuk bisa mewujudkan visi-misi Presiden yang telah disampaikan kepada masyarakat, penekanan pentingnya Indonesia dalam ketahanan pangan sehingga calon menterinya harus memastikan Indonesia memiliki ketahanan energi dan air, penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk kepentingan rakyat, pengetahuan tentang geopolitik global, kesuksesan dan kegagalan negara, dan komunikasi politik.

Selain itu, ada pula materi tentang bagaimana menaikkan produk domestik bruto (GDP), pemberian makanan bergizi, swasembada pangan, pengentasan rakyat miskin, serta pencegahan dan penghapusan korupsi, perkembangan tekhnologi informasi seperti Artificial Intelligence (AI), media dan komunikasi, lapangan kerja masa depan, dan sebagainya.

Ternyata tidak cukup hanya di Hambalang, selanjutnya Presiden Prabowo melakukan pembekalan bagi pembantu di pemerintahannya yang sudah resmi dilantik dan diambil sumpahnya berupa pendadaran di Lembah Tidar Ksatrian Taruna Akademi Militer (AKMIL) Magelang.

Presiden Prabowo mengungkapkan alasan membawa kabinetnya ke Magelang karena menyimpan sejarah panjang mulai dari tempat perlawanan Pangeran Diponegoro, semangat heroisme perlawanan terhadap penjajah, hingga tradisi cinta Tanah Air yang kuat dan mengakar.

“Magelang merupakan suatu sentra perlawanan kita terhadap penjajah mulai ratusan tahun dikenal sebagai darah perjuangannya Pangeran Diponegoro di antara lima gunung itu saya kira cukup membawa suatu aura tradisi keberanian, tradisi heroisme, tradisi cinta Tanah Air,” ujar Prabowo saat menggelar Rapat Paripurna Perdana di Jakarta, Rabu (23/10/2024).

Dilansir dari Antaranews, ada beberapa agenda yang akan dilakukan para menteri di Lembah Tidar, Magelang. Agenda yang dimaksud antara lain pembahasan program kerja prioritas hingga outbond untuk memperkuat ikatan antar seluruh jajaran kabinet.

Dari dua pembekalan substansial ini Hambalang Retreat dan pembekalan di Lembah Tidar Magelang sebenarnya apa yang dapat kita sikapi bersama? Apakah hanya sekedar Presiden Prabowo menunjukkan kediamannya di Hambalang dan mengajak para pembantunya bernostalgia dan beromantisme saat Beliau digembleng di AKMIL Magelang? Menurut saya sepertinya tidak ada sama sekali maksud tersebut pada diri Beliau dan sekelas Beliau yang sudah lama lepas dari kebebasan hidupnya.

Kegiatan ini sangat relevan, substansial, strategik, up to date bagi anak bangsa apalagi bagi penyelenggara negara. Kegiatan ini di samping secara managerial, birokratis dan teknoratis sebagai wahana untuk menyatukan visi, misi, gagasan, program dan tujuan yang akan dicapai dalam sebuah organisasi dalam hal ini Negara Indonesia. Membentuk tim kerja yang sinergi, kolaborasi dan solid, namun yang tak kalah pentingnya kegiatan ini adalah penanaman atau pengingatan kembali para anak-anak bangsa akan nilai-nilai luhur kepribadian bangsa seperti nasionalisme, patriotisme, heroisme, cinta Tanah Air dan semangat kebangsaan lainnya dalam harkat Ideologi Pancasila dan UUD 1945. Karena nilai dan pondasi semangat inilah yang dilakukan oleh pejuang bangsa kita tempo doeloe dalam merebut kemerdekaan dan lepas dari belenggu penjajahan.

Jika ada yang mengaitkan bahwa kegiatan ini berbau militeristik karena latar belakang Presiden Prabowo yang militer, menurut saya kegiatan ini tidaklah bernuansa militer, walaupun diadakan di Ksatrian Akademi Militer TNI di Lembah Gunung Tidar Magelang, tempat penempaan para ksatria pembela bangsa, namun kegiatan ini bukanlah sarat dengan militeristik, tidak semua kegiatan yang ada warna atau lokasi pendidikannya di area militer disebut militeristik.

Banyak nilai-nilai yang diajarkan dan diimplementasikan dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh TNI yang amat positif dan bermanfaat untuk diaktulisasikan bersama oleh seluruh komponen bangsa, tidak semua kegiatan militer itu bersifat militeristik. Jika kita mau jujur di tubuh militerlah sampai saat ini nilai-nilai kejuangan, nasionalisme, patriotisme dan bela Tanah Air yang tetap konsisten menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia, jadi pilihan lokasi dan pendadaran para pembantu Presiden Prabowo menurut saya adalah pas dan pantas.

Tentu, seyogyanya kegiatan ini betul-betul dilaksanakan secara alami dan apa adanya, tidak hanya sekedar berpindah tempat dari ruangan eklusif ke ruang terbuka di alam lepas. Seperti tenda yang akan ditempati tidak harus dipasangkan AC dan Televisi, tidak ada pakaian yang berbeda dengan merek-merek branded, makan pun harus standarnya seperti para Taruna Akmil tidak perlu disediakan makanan dengan standar VVIP ala Menteri. Para pelatih dan pemateri juga jangan sungkan untuk memberikan pembelajaran, lepaskan semua prediket pejabat negaranya, perlakukan sama seperti anak-anak bangsa yang akan mengabdi buat negara.

Oleh sebab itu, secara pribadi dan pengalaman, saya mengapresiasi kegiatan di awal pengabdian yang dilakukan oleh Presiden Prabowo. Walaupun dunia sudah maju dengan berbagai transformasi tekhnologi informasi, kecanggihan peradaban dialam modernisasi, dunia tanpa batas, namun nilai-nilai patriotisme, nilai-nilai nasionalisme, nilai-nilai perjuangan kebangsaan harus selalu ditanamkan, diingatkan dan dijewantahkan oleh seluruh anak bangsa, apalagi bagi pejabat penyelenggara negara. Itu adalah nilai-nilai yang tak lekang oleh waktu, itulah nilai-nilai yang akan selalu menjaga spirit dan api bangsa ini untuk selalu menyala.

Sebenarnya waktu dua atau tiga hari sangatlah tidak cukup, dibutuhkan beberapa waktu untuk pembentukan sikap, attitude, pola pikir, penanaman cinta bangsa dan Tanah Air ini, paling tidak minimal dua minggu, yang outputnya diharapkan adalah bagaimana para penyelenggara negara betul-betul dalam menunaikan pengabdiannya memiliki etos kerja yang tinggi, tidak silau dengan materi, gratifikasi, dan hedonisme. Dapat memandang semua anak bangsa adalah bagian dari diri kita bersama, memiliki empati dan simpati yang tinggi akan kondisi rakyat, tidak terjebak dalam egosentrisme pribadi, keluarga, kelompok, atau entitas tertentu. Kacamatanya betul-betul untuk bangsa Indonesia secara integral dan komprehensif, menempatkan semua anak bangsa dalam strata yang sama yang harus diperjuangkan, nantinya akan tercermin dalam kebijakannya yang pro-rakyat, berkeadilan dan bermaslahat untuk anak negeri.

Tentunya dengan kegiatan yang ditampilkan oleh Presiden Prabowo di awal masa pemerintahannya, walau pun sebentar namun memiliki maksud, tujuan dan makna yang besar ini, terbungkus harapan Presiden Prabowo dan kita bersama yang amat besar.

Dengan semangat Hambalang dan Lembah Tidar, Kabinet Merah Putih di bawah nakhoda Presiden Prabowo, tentunya ke depan kita berharap dan berdoa, semoga kita akan dapat menyaksikan apakah ladang-ladang kekayaan alam dan puing-puing perekonomian rakyat akan mampu dikembalikan kepada anak bangsa yang selama ini dinikmati dengan pestaporanya para kaum kapitalis, borjuis, monopolis yang begitu masifnya mengeksplorasi, mengeksploitasi dan mengkooptasi sumber-sumber kekayaan alam dan sumber-sumber perekonomian kita (sebagaimana yang diutarakan oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus adik Presiden Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, mengatakan tentang masalah ketimpangan di Indonesia. Salah satu yang disorot adalah pertumbuhan orang kaya yang dinilai sangat pesat. Menurutnya, 10 orang terkaya di Indonesia lebih kaya dari 114 juta orang lainnya, “Dan yang lebih prihatin lagi, orang kaya dan terkaya di Indonesia bertambah luar biasa cepat dan besar. Waktu itu Pak Prabowo katakan, 10 keluarga kaya di Indonesia lebih kaya dari 114 juta orang Indonesia,” tutur Hashim dalam diskusi di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Rabu (23/10/2024) Sumber Detikcom 24/10/2024 ).

Untuk kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi dan dinikmati oleh seluruh anak bangsa, melalui pengelolaan oleh negara dan rakyat secara berdaulat, mandiri, dan akuntabel. Seperti tambang emas, nikel, timah, batu bara, bouksit, tembaga, dan lainnya. Begitu pun sumber daya alam di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, kelautan, perikanan, industri kreatif dan lainnya.

Semoga ke depan, kita menyaksikan toko-toko kelontong dan UMKM masyarakat yang sewaktu Indonesia mulai merdeka menjadi tumpuan ekonomi bangsa kita untuk hidup mandiri dan sejahtera serta menyekolahkan anaknya, kembali berdikari, tidak dikuasai oleh segelintir perusahaan tertentu.

Semoga kita menyaksikan bidang peternakan yang dikuasai oleh segelintir konglomerasi kembali menyebar ke kandang-kandang ternak masyarakat seperti kandang sapi, kandang kambing, kandang unggas yang dimiliki masyarakat. Pakan-pakan ternak yang mampu diberdayakan sendiri oleh masyarakat melalui komunitasnya seperti koperasi, kelompok tani dan sebagainya.

Semoga kita menyaksikan rumah sakit-rumah sakit yang ketika kita datang berobat tidak ditanyai saku kantong deposit terlebih dahulu, tetapi betul-betul langsung ditangani oleh rumah sakit-rumah sakit pemerintah yang harus lebih baik dari rumah sakit swasta.

Semoga kita menyaksikan sekolah-sekolah yang kurikulumnya bermutu tinggi, berbiaya rendah dengan sarana dan prasarana yang layak dan memadai sampai ke pelosok negeri, tidak ada lagi anak-anak yang putus sekolah dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Semoga kita tidak mendengar lagi adanya anak-anak stunting dan kekurangan gizi, tidak ada lagi daerah-daerah kumuh dan kantong-kantong kemiskinan. Semoga kita menyaksikan hutan-hutan lestari, sumber air dan sungai-sungai jernih berseri, kota-kota tertata rapi, pengeloaan sampah dan limbah yang terkendali.

Semoga kita menyaksikan pengelolaan birokrasi pemerintahan yang netral dan profesional lepas dari dominasi politisi para kepala daerah atau pimpinan instansinya. Semoga kita menyaksikan para penyelenggara negara yang bebas korupsi, kolusi, nepotisme. Menyaksikan para abdi negara yang hidupnya terjamin secara standar hidup layak sehingga tidak memikirkan lagi untuk mencari tambahan penghasilan dan dibayang-bayangi oleh para penegak hukum. Kehidupan demokrasi yang bermartabat dan bermutu tinggi.

Semoga kita menyaksikan keamanan dan ketertiban negara kita tidak ada lagi pemberitaan yang saban hari sarat dengan penjagalan, pembunuhan, tawuran, narkoba, judi dan kriminalitas lainnya.

Semoga kita menyaksikan kedaulatan infrastruktur jalan, transportasi dan penerbangan kita yang berbiaya murah sehingga dunia pariwisata bisa dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat.

Semoga kita menyaksikan kedaulatan negara kita yang memiliki Alutsista militer dan sektor pertahanan negara yang setara dengan negara maju lainnya, mengingat kondisi dunia dan geopolitik yang semakin membara.

Jika kita rentangkan akan banyak sekali segmen-segmen kehidupan berbangsa dan bernegara dengan harapan-harapan itu untuk ditulisi.

Semoga dengan semangat baru ini Presiden Prabowo beserta jajaran Kabinet Merah Putihnya dan kita semua anak bangsa Indonesia dapat jalan beriring untuk menyelesaikan PR-PR tersebut dan mencarikan solusinya bagi bangsa besar ini secara bergotong royong dan bersama sama tentunya.

Dengan model kepemimpinan yang diperlihatkan Pak Prabowo di awal kepemimpinannya ini, terlepas atas kekurangan dan kelemahan Beliau sebagai manusia tentu pasti ada, karena tidak ada manusia yang malaikat. Diawali dengan pidato pelantikan beliau yang menginspirasi tanpa basa-basi, orientasi di Hambalang dan pendadaran di Lembah Tidar, apakah kita bisa, saya yakin sangat bisa dan pasti bisa. Kita Berdoa semoga Pak Prabowo dan kita seluruh anak bangsa Indonesia selalu dilimpahi kesehatan, dijaga semangat, amanah dan konsistensi beliau untuk negeri, semoga para pembantunya juga tidak membisikan hal-hal yang akan membuat beliau salah ambil keputusan. Semoga…

Jakarta, 24 Oktober 2024
Kepala Biro Persidangan 1 Setjen DPD RI, Alumnus STPDN Jatinangor 1998**

Komentar