Rupiah Terjun Bebas, Dolar Amerika Serikat Menguat

LIPUTAN.CO.ID, Jakarta – Nilai tukar rupiah melemah signifikan pada penutupan perdagangan hari ini, terkoreksi hingga 215 poin atau setara 1,34 persen ke posisi Rp16.313 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.098 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mencatat pelemahan, berada di level Rp16.277 per dolar AS dibandingkan Rp16.100 per dolar AS sehari sebelumnya.

“Dolar AS menguat tajam terhadap sejumlah mata uang utama dunia, termasuk rupiah, dolar Australia, euro, pound sterling Inggris, dan yen Jepang,” ujar Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, Kamis (19/12/2024).

Pelemahan rupiah tidak lepas dari keputusan Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga sebesar 25 basis points (bps). 

Selain itu, pernyataan hawkish dari Ketua The Fed, Jerome Powell, memperburuk sentimen pasar. Powell mengindikasikan pemangkasan suku bunga di tahun 2025 akan lebih kecil dari ekspektasi, hanya sebesar 50 bps dibandingkan proyeksi sebelumnya yang mencapai 75-100 bps.

Proyeksi jeda pemangkasan suku bunga pada Januari 2025 juga melonjak hingga 88 persen. 

Pernyataan ini didukung oleh revisi proyeksi ekonomi AS yang lebih optimistis, termasuk pertumbuhan ekonomi yang naik dari 2 persen menjadi 2,5 persen pada tahun ini. 

Untuk tahun 2025, pertumbuhan ekonomi AS diprediksi mencapai 2,1 persen, lebih tinggi dari estimasi awal 2 persen.

Inflasi inti Personal Consumption Expenditure (PCE) tetap menjadi perhatian, dengan estimasi berada di kisaran 2,4-2,8 persen, melebihi target 2 persen. 

Proyeksi tingkat pengangguran juga diturunkan menjadi 4,2 persen untuk 2024 dan 4,3 persen untuk 2025, menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja AS.

Di sisi domestik, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6,00 persen, mengingat ketidakpastian yang semakin tinggi di pasar keuangan global. 

Hal ini diperburuk oleh rencana kebijakan tarif impor besar-besaran yang disiapkan oleh Presiden terpilih AS, Donald Trump.

“Meski BI masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga ke depannya, langkah ini hanya akan diambil jika kondisi global mulai menunjukkan stabilitas,” jelas Josua.

Dengan kombinasi tekanan dari eksternal dan langkah hati-hati Bank Indonesia, nilai tukar rupiah diperkirakan masih rentan terhadap volatilitas hingga awal tahun depan. 

Hal ini menjadi tantangan bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam menjaga daya saing ekspor dan stabilitas harga dalam negeri.

Komentar